mungkin mendengar istilah akuntansi seperti itu terasa asing di telinga kita
Tapi bagaimana kalau mendengar istilah
HPP (Harga Pokok Penjualan)
mungin bagi sebagian besar orang-orang yang berkecimpung di dunia akuntansi tau dan sangat mengerikan bagi orang yang benci membuat laporan keuangan manufaktur familiar mendengar istilah ini.
Tiada angin, akar pun jadi tiada hujan, entah kenapa saya pengen banget membahas tentang COGS atau dalam bahasa indonesia kita lebih kenal dengan istilah HPP pada postingan kali ini.
just info saja, saya memposting ini, suasana di luar rumah lagi hujan lebat pakai banget, entah dimana letak informasi-nya, tapi yang pasti ah sudalah~~~ (pakai gaya babe cabita)
Bismilah
Oke, cukup intro-nya pada postingan kali ini, saya akan mencoba fokus kepada materi kita saat ini.
karena sewaktu saya masih kuliah, hal-hal yang berhubungan dengan laporan keuangan manufaktur sangat lah saya benci dan hindari. nilai-nilai matakuliah yang berhubungan dengan manufaktur pun saya tidak pernah mendapat nilai bagus. dan entah kenapa, pada saat saya sudah bekerja, malah di hadapkan dengan laporan keuangan manufaktur, dan saya malah sangat jatuh cinta dengan dunia manufaktur, apakah ini yang nama-nya kualat
Yah, pelajaran moral dari cerita saya diatas ialah
"jangan lah kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu"#numpangcurhat
Harga Pokok Penjualan (yang selanjutnya saya akan singkat saja dengan HPP) menurut yang saya dapet di google adalah adalah biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi barang dan jasa yang dapat dihubungkan secara langsung dengan aktivitas proses yang membuat produk barang dan jasa siap jual, atau bahasa gampangnya, biaya yang keluar untuk menghasilkan produk siap jual.
oke sip, sampai sini saya anggap secara pengertian HPP udah pada paham ya, kita lanjut ke tahap selanjutnya
di buku-buku teks maupun lokal yang membahas tentang HPP ini sangat banyak, bahkan lebih lengkap. silahkan kalian kembali membaca buku-buku kalian agar lebih jelasnya, karena saya bukan dosen hanya membahas mekanisme yang saya alami dan terapkan di dunia kerja saja.
Disini saya membagi perhitungan HPP kedalam 4 tahap
Tahap Pertama : Total biaya bahan baku
Perhitungan biaya bahan baku bertujuan untuk mengukur seberapa besar pemakaian bahan baku yang di gunakan dalam satu siklus produksi. komponen-komponen perhitungan bahan baku adalah sebagai berikut
1. Persediaan Bahan Baku
2. Pembelian Bahan Baku
3. Retur Pembelian Bahan Baku
4. Biaya Ekspedisi/Muat Bahan Baku
5. Persediaan Akhir
langsung ke contoh kasus yah
- Persediaan awal bahan baku di ketahui Rp. 10
- Pembelian bahan baku di ketahui Rp. 20
- Biaya angkut bahan baku sebesar Rp. 5
- Pada saat barang di terima oleh pembeli, ternyata sebesar Rp. 10 barang rusak dan di retur ke supplier
- Persediaan akhir di ketahui Rp. 50
oke, soalnya udah ada, berikut susunan perhitungannya
*itu cm screenshoot aja, emang lebih enak kalau buat lembar kerja itu di excel, bukan di blog :D
nah bisa kita lihat di lembar kerja pertama di ketahui, total biaya bahan baku yang terjadi berdasarkan kasus pertama adalah sebesar Rp. 5. nilai tersebut di peroleh dari
Total Biaya Bahan Baku =
Persediaan awal bahan baku + Pembelian bahan baku - Retur Pembelian bahan baku + Biaya muat bahan baku - Persediaan bahan baku
oke, sampai sini saya rasa cukup untuk tahap pertama, mudah kan. cuma tambah kurang doank kan. kita lanjut ke tahap kedua
Tahap Kedua : Biaya Tenaga Kerja (Labor Cost & Factory of Overhead)
dari bahasanya mungkin udah ada yang tau fungsinya perhitungan di tahap kedua ini. ya sudah ya, nggak usah di jelasin. capek ngetiknya.
sama seperti perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja di bagi menjadi 2 komponen,
1. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
2. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead)
langsung ke contoh kasus, cekidot
- Diketahui, biaya gaji tenaga kerja produksi sebesar Rp. 10
- Beli air minum untuk tenaga kerja produksi selama sebulan Rp. 2
- Bayar listrik dan air untuk kebutuhan produksi sebulannya Rp. 3
- Biaya lembur tenaga kerja produksi sebulan Rp 2
- Biaya pengawas produksi sebesar Rp. 5
nah untuk mengitung biaya tenaga kerja, perlu di klarisikasi pengelompokan biaya-biaya
berdasarkan 2 komponen diatas.
komponen pertama itu Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor), merupakan biaya atas upah yang di keluarkan untuk tenaga kerja yang langsung berhubungan produk yang dibuat, contoh konkrit-nya gaji Buruh Pabrik. bila di kaitkan dengan kasus diatas, maka yang termasuk ke dalam komponen biaya tenaga kerja langsung adalah gaji tenaga kerja produksi sebesar Rp. 10 itu.
komponen kedua itu Biaya Overhead Pabrik, merupakan biaya-biaya yang timbul atas suatu siklus produksi namun tidak bersentuhan langsung dengan produk yang telah di buat. gampagnya, selain upah tenaga kerja langsung, semua biaya yang keluar di kategorikan biaya overhead pabrik, misal biaya air minum, listik, air dan lain-lain.
oke sip, pasti temen-temen udah tau yang mana biayanya dari contoh kasus diatas. kita lanjut ke kertas kerja
dari kertas kerja di atas, sudah sangat jelas, untuk menghitung biaya tenaga kerja, maka kita harus menambahkan seluruh biaya yang telah di keluarkan untuk kegiatan produksi. dan total biaya tenaga kerja produksi sesuai dengan contoh kasus diatas adalah sebesar Rp. 20. oke, kita lanjut ke tahap ketiga.
TAHAP KETIGA : HARGA POKOK PRODUKSI
sebelum menghitung harga pokok produksi, kita terlebih dahulu menghitung jumlah barang WIP yang di gunakan dalam siklus produksi.
barang WIP, barang apa lagi tuh...?
oke, WIP merupakan singkatan dari work in process atau bahasa indonesia nya "barang setengah jadi". nah dalam proses produksi, kita mengenal 3 jenis barang yang mengalami masa produksi. untuk lebih gampangnya, perhatikan diagram berikut
oke, sudah jelaskan. sengaja analogi nya pakai kue, soalnya lagi laper :D
perhitungan total biaya WIP sangat mudah. tinggal mengurangi total persediaan awal dengan persediaan akhir WIP. studi kasusnya seperti berikut
- persediaan awal barang WIP sebesar Rp. 10
- Persediaan akhir barang WIP sebesar Rp. 5
nggak usah pakai lembar kerja yah, langsung aja di kurangin persediaan awal barang WIP nya dengan persediaan akhir. Rp. 10 - Rp. 5 = RP. 5. Jadi total biaya barang WIP sebesar Rp. 5. kita lanjut ke perhitungan Harga Pokok Produksi
Rumus Harga Pokok Produksi adalah sebagai berikut
Total biaya bahan baku + biaya tenaga kerja (Direct Labor + Overhead) + Total barang WIP
nah dari rumus diatas kita udah bisa hitung tuh Harga Pokok Produksi nya.
silahkan lihat kertas kerja berikut
data-nya berasal dari perhitungan-perhitungan yang sudah saya jabarkan di kertas kerja diatas, dimana
1. Total biaya bahan baku sebesar Rp. 5
2. Total biaya tenaga kerja Rp. 20
3. Total biaya WIP sebesar Rp. 5
dari kertas kerja di atas jelas, untuk menghitung harga pokok produksi tinggal menambahkan seluruh biaya-biaya yang sudah kita hitung sebelumnya, sehingga ketahuan harga pokok produksi nya berapa. oke, next ke tahap terakhir
TAHAP KE-EMPAT : HARGA POKOK PENJUALAN
Sama dengan perhitungan Harga Pokok Produksi, Perhitungan Harga Pokok Penjualan di ketahui dengan cara tinggal menambahkan Harga Pokok Produksi dengan total biaya produksi dengan total biaya barang jadi.
nah total biaya barang jadi juga sama halnya dengan perhitungan biaya barang WIP. tinggal mengurangi nilai persediaan awal barang jadi dengan persediaan akhir barang jadi. langsung aja studi kasus
- Persediaan awal barang jadi di ketahui Rp. 50
- Persediaan akhir barang jadi di ketahui Rp. 40
Jadi total biaya barang jadi sebesar Rp. 10 (Rp. 50 - Rp. 40)
oke, Harga Pokok Produksi udah di ketahui sebesar 70 dan total biaya barang jadi sebesar Rp. 10, maka Harga Pokok Penjualan di peroleh dengan perhitungan di kertas kerja berikut
fokus pada kertas kerja terakhir kita yah. kita perhatikan nilai Harga Pokok Penjualan. nah seperti kita lihat bahwa harga pokok penjualan yang kita peroleh dari kesemua tahap yang sudah kita lalui semua (ceileh) adalah sebesar Rp. 40.
terus, cuma gitu doank...?
apa guna nya kita ngitung HPP yang segitu panjang..?
nah disitu lah fungsi dari sebuah data, dimana data digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. dengan mengetahui HPP yang di hasilkan selama satu siklus produksi, kita sudah dapat memastikan berapa modal yang kita keluarkan untuk satu unit produk yang kita hasilkan.
ya anggaplah yang kita bahas tadi ini adalah perusahaan kue. nah setelah di inspeksi, ternyata hasil produksi kue yang di hasilkan selama sebulan sebanyak 800 potong kue. nah dari situ kita udah bisa tebak biaya produksi per 1 potong kue nya sebesar Rp. 20 (800 potong kue di bagi dengan HPP sebesar Rp. 40).
nah jadi ketahuan kan berapa yang harus di jual oleh pemilik kue agar tidak mengalami kerugian didalam usahanya.
sebenarnya yang saya jelaskan di atas hanya contoh yang "PALING SEDERHANA" dari sebuah perhitungan HPP. ada banyak contoh kasus yang lebih kompleks dan bikin sakit kepala rumit ketimbang contoh kasus di atas.
tapi kembali dari tujuan awal saya di postingan kali ini, saya hanya menjelaskan dasar-dasar nya saja agar lebih memahami dan mengenal HPP. istilahnya postingan ini tahap PDKT kita terhadap HPP (busyet bahasa-nya).
oke sekian postingan saya kali ini, kebetulan hujan di luar sudah reda. mata udah ngantuk, waktunya menutup mata dan bermain di dunia mimpi #apaan sih
bila ada hal yang keliru atas postingan diatas, mohon berkenan memberikan koreksi, kritik, atau uang & jodoh saran, mengingat saya juga saat ini masih terus belajar dan berusaha menyederhanakan materi-materi akuntansi yang terkenal penuh kesusahan dengan logika dan analisa keuangan.
atau ada yang mau kenal atau ngasih pulsa nanya-nanya tentang materi ini bisa add akun FB saya yang ada di samping kanan.
sayonaraaa~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar